Kamis, 27 Oktober 2011

Deteksi dan Penentuan Derajat Kanker

Deteksi dan Penentuan Derajat Kanker

Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya bisa dihindari. kanker adalah penyakit di mana terdapat sekelompok sel yang menunjukkan pertumbuhan yang berlebihan, merusak jaringan lain, atau bermetastasis (menyebar) . Dalam mendiagnosis suatu kanker dibutuhkan usaha untuk mengetahui asal mula (primary site) kanker tersebut dan sel-sel apa saja yang terlibat. Kanker bisa terjadi di mana saja di seluruh tubuh kecuali di bagian kuku, rambut, dan gigi.[1]

PENENTUAN DERAJAT KANKER

Dalam kondisi medis, ada banyak tanda gejala (symptom) yang dapat diamati. Tanda gejala ini dapat diobservasi secara langsung, melalui teknologi imaging atau pemeriksaan laboratorium. Namun ada kalanya tanda gejala kanker memiliki kemiripan dengan tanda gejala penyakit-penyakit lain selain kanker. Seperti kehilangan berat atau sakit perut bisa berarti kanker perut dan ulkus. Urin yang berwarna kemerahan bisa berarti kanker ginjal dan infeksi ginjal. Atau hasil tes darah yang positif pada tinja menunjukkan berbagai kemungkinan gangguan pencernaan. Oleh karena itu, tindakan biopsi dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis mengenai kanker.
Biopsi merupakan suatu tindakan pengangkatan jaringan (spesimen) dalam jumlah yang kecil untuk dilakukan pengamatan mikroskopik.[2] Spesimen dapat diambil dari sekitar sel yang diduga mengalami kanker (jika berada di permukaan tubuh) atau menggunakan teknologi pencitraan apabila lokasi jaringan berada di dalam tubuh. Setelah itu dilakukan pemeriksaan histopatologik, untuk menentukan jenis kanker serta metastasis kanker, dan pengukuran derajat kanker, meliputi grading dan staging
1.   Grading merupakan penilaian terhadap seberapa besar perkembangan (diferensiasi) dari tumor atau neoplasma, jumlah mitosis di dalam tumor, serta derajat perbedaan antara sel kanker dan sel normal.[3] Grading (disimbolkan G) membagi diferensiasi sel kanker sebagai berikut:[4]
G-XTidak bisa dinilai
G-1Grade rendahDiferensiasi baik
G-2Grade menengahDiferensiasi menengah
G-3Grade tinggiDiferensasi buruk
G-4AnaplastikAnaplastik
2.   Staging merupakan suatu penilaian yang mampu mendeskripsikan seberapa jauh kanker telah menyebar. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam staging adalah ukuran tumor/lesi primer, seberapa dalam penetrasi tumor tersebut, invasi terhadap organ di sekitarnya, luas penyebaran ke kelenjar getah bening regional, serta organ yang berada jauh dari tumor primer namun ikut terkena kanker (apabila ada). Pada umumnya staging menggunakan dua metode, yaitu metode TNM (Tumors, Nodes, Metastases) dan metode AJC (American Joint Committee).
a.    Pada metode TNM, T menjelaskan ukuran tumor, N menjelaskan keterlibatan kelenjar getah bening regional, dan M menjelaskan ada tidaknya metastasis. T1, T2, T3, dan T4 menunjukkan ukuran lesi primer yang semakin besar. N0, N1, N2, dan N3 menunjukkan keterlibatan progresif kelenjar getah bening, sedangkan M0 dan M1 menunjukkan ada dan tidak adanya metastasis.[5]
b.   Pada metode AJC, kanker dibagi menjadi stadium 0 sampai IV, menggabungkan ukuran lesi primer, keterlibatan kelenjar getah bening, dan metastasis.[6]
Diagnosis Kanker
Beragam cara dapat digunakan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis kanker/tumor. Pemeriksaan yang paling sederhana sekaligus paling awal adalah dengan metode anamnesis, kemudian berlanjut ke pemeriksaan klinik menggunakan berbagai metode yang telah ditemukan.
1.         Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)
Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam rekam medik. Selain itu hal-hal seperti rekam medik yang terdahulu, kepribadian, dan aspek psikososial pasien juga harus dicatat. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat digolongkan menjadi pemeriksaan kepala, mata, telinga, hidung, tenggorokan (kelimanya lazim disingkat HEENT), sistem pernapasan, urogenital, dan sistem lainnya. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan subjektif dan objektif Pemeriksaan subjektif merupakan pemeriksaan yang menggunakan metode seperti melihat atau palpasi untuk menentukan ukuran dan lokasi suatu kelainan tertentu. Adapun pemeriksaan objektif menilai hal-hal seperti tekanan daarah, detak jantung, temperatur, dan lain-lain. Semua data yang didapat harus dicatat dalam rekam medik.[7]
2.         Tes laboratorium
  • Tes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulang.
  • Blood Urea Nitrogen (atau disingkat BUN), yaitu tes yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal dalam spektrum yang luas, membantu mendiagnosis kelainan pada ginjal, dan memantau pasien dengan kelainan/kegagalan ginjal yang akut/kronik
  • Complete Blood Count (atau disingkat CBC), merupakan tes menganalisis darah secara keseluruhan, meliputi sel darah merah, sel darah putih, hemoglobin, dan hematokrit. Tujuannya adalah untuk membantu diagnosis mengenai penyakit-penyakit darah, termasuk di antaranya kanker darah.
  • Fecal Occult Blood Test (atau disingkat FOBT), yaitu tes untuk mendeteksi dini adanya kanker kolon. Selain itu juga dapat digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda dari penyakit anemia.
  • Urinalisis, yaitu alat diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi substansi asing/material sel yang terdapat pada urin terkait dengan abnormalitas metabolik atau kelainan ginjal.[8]
3.         Penanda tumor (tumor marker).
  • Acid phospatase. Enzim ini mengalami peningkatan sekitar 6% pada penderita kanker prostat jinak.
  • Adrenocorticotropic Hormone (ACTH), yaitu indikator kortisol di dalam tubuh. Kelebihan kortisol di dalam jaringan mengindikasikan adanya tumor pada kelenjar hipofisis.
  • ?-fetoprotein (AFP). Peningkatan kadar AFP dapat berarti kanker hati (hepatokarsinoma), kanker ovarium, tumor testis dan ovarium, serta kanker lainnya (perut, kolon, paru, limfoma)
  • Bcl-2. Bcl-2 merupakan gen yang memiliki peran dalam menghambat terjadinya apoptosis. Peningkatan kadar Bcl-2 menunjukkan adanya sel ganas (sel kanker) dihambat apoptosisnya dalam jumlah besar.
  • Cancer antigen 15-3 (CA 15-3). Peningkatan kadar CA 15- 3 menunjukkan adanya kanker payudara, sirosis, dan kanker ovarium jinak.
  • Cancer antigen 19-9 (CA 19-9). CA 19-9 merupakan antibodi monoklonal yang digunakan untuk melawan kanker kolon. Peningkatan kadar CA 19-9 ditemukan pada 21-42% penderita kanker lambung, 20-40% penderita kanker kolon, dan 71-93% penderita kanker pankreas.
  • Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering ditemukan peningkatan kadar CA 125.
  • Cancer antigen 195. CA 195 digunakan sebagai penanda kanker gastrointestinal.
  • Cancer antigen 549. CA 549 digunakan sebagai penanda kanker payudara.
  • Kalsitonin. Peningkatan jumlah kalsitonin menunjukkan adanya hiperplasia sel-C atau kanker medula tiroid. Namun demikian pemeriksaan lain seperti scan, biopsi, atau ultrasound tetap diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
  • Catecholamines. Catecholamines digunakan untuk membedakan tipe sel tumor; sangat berguna dalam mendeteksi tumor adrenal.
  • Carcinoembryonic Antigen (CEA). CEA merupakan indikator yang mampu mendeteksi adanya kanker kolorektal. Selain itu juga dapat digunakan untuk mendeteksi kanker medula tiroid (MTC)
  • C-erb B-2. C-erb B-2 sering diasosiasikan dengan perbesaran tumor, waktu kambuh yang semakin singkat, serta peluang untuk bertahan hidup yang semakin sedikit.
  • Chromogranin A. Dalam keadaan normal, konsentrasi Chromogranin A selalu rendah. Sehingga peningkatan kadar Chromogranin A dapat digunakan sebagai penanda tumor, namun tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan letak dan jenis tumor tersebut.
  • Epidermal Growth Factor Receptor (EFGR). Hasil EFGR yang negatif menunjukkan prognosis yang semakin baik.
  • Estrogen Receptor Assay (ERA). ERA merupakan penentu apakah suatu tumor dapat diobati dengan terapi endokrin atau pengangkatan jaringan.
  • Ferritin, yaitu suatu marker untuk mengetahui kadar besi dalam darah
  • Gastrin. Peningkatan kadar gastrin dapat menunjukkan adanya gastrinoma, namun tidak mampu menunjukkan besaran dan jumlah tumor. Bahkan tumor yang kecil sekalipun dapat meningkatkan produksi gastrin dalam jumlah yang besar.
  • Glucagon. Glucagon digunakan untuk membedakan tumor sel-?. Kadar di atas 900 menunjukkan adanya glucagonoma.
  • 5-Hydroxy-Indol Acetic Acid (5-HIAA). Digunakan dalam menganalisis urin. Hasil tes yang menunjukkan kadar di atas 15 mg/24 jam menunjukkan adanya tumor karsinoid ganas yang bisa terdapat di sistem pencernaan.
  • Human Chorionic Gonadotropin (HCG). HCG merupakan suatu glikoprotein yang diproduksi oleh sel syncytiotropoblastik dan digunakan sebagai penanda tumor. Semua tumor tropoblas gestatik memproduksi HCG. Selain itu, peningkatan kadar HCG juga ditemukan pada kanker paru dan kanker gastrointestinal. Namun hal ini jarang terjadi.
  • ? subunit HCG. Digunakan sebagai penanda koriokarsinoma.
  • Homovanilic Acid (HVA). Kadar HVA yang tinggi memicu terjadinya tumor pensekresi Catecholamine seperti neuroblastoma, ganglioneuroma, atau feokromositoma.
  • Lactic Dehydrogenase (LDH). Setiap tumor memproduksi LDH. Beragam kadar dari isoenzim LDH dapat digunakan untuk mengetahui lokasi tumor terjadi.
  • Liver Function Test (LFT). Digunakan untuk mengukur enzim yang disekresikan oleh liver terkait dengan metastasis, sumbatan, dll.
  • Neuron Specific Enolase (NSE). NSE merupakan isoenzim yang ditemukan di otak dan jaringan neuroendokrin. NSE merupakan penanda imunohistokimia untuk tumor sistem saraf pusat, neuroblastoma, dan tumor APUD.
  • Pancreatic Polypeptide. Digunakan untuk mendiagnosis tumor sel ? pankreas.
  • Philadelphia chromosome (Ph1). Kehadiran kromosom abnormal Ph1 di sumsum tulang merupakan dasar untk mendiagnosis leukemia myelogenik kronik.
  • Placenta Alkaline Phospatase (PLAP). PLAP digunakan untuk membedakan tumor yang berasal dari liver, tulang, atau sel germinal.
  • Parathyroid hormeone like protein (PLP). Peningkatan kadar PLP merupakan penanda kanker sel skuamosa dan kanker payudara.
  • Progesterone Receptor Assay (PRA). PRA digunakan untuk menentukan terapi hormon atau pengangkatan jaringan pada kanker payudara.
  • Proinsuline C-peptide. Digunakan untuk membedakan tumor sekresi endokrin, apakah insulinoma atau tumor sel pulau Langerhans.
  • Prostate Specific Antigen (PSA). PSA merupakan antigen yang sensitif terhadap keberadaan kanker prostat. Pertambahan kadar PSA berkorelasi dengan stage dan ukuran tumor.
  • Vanilyllmandelic Acid (SMA). Digunakan untuk mendeteksi tumor pensekresi Catecholamine seperti neuroblastoma atau ganglioneuroma.
  • Squamous Cell Carcinoma (SCC). Digunakan untuk mendeteksi kanker kepala, leher, atau paru.
  • Thyroglobulin. Peningkatan kadar thyroglobulin digunakan untuk mendeteksi tumor pada penderita kanker tiroid.
  • Terminal Deoxynucleotidal Transferase (TDT). TDT digunakan untuk membedakan leukimia limfosit akut dari leukimia non limfosit, serta membedakan limfoma limfoblastik dari limfoma non-Hodgkin lainnya.
  • Tissue Polypeptida Antigen (TPA). TPA digunakan untuk penanda kanker di daerah ginekologik, kandung kencing, atau paru.
  • Alpha subunit Thyroid Stimulating Hormone (?-TSH). ?-TSH digunakan sebagai pembeda tumor pankreatik dari tumor-tumor lainnya.[9]
4.         X-ray
X-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa. Hasil pengukuran akan memberikan warna yang berbeda-beda pada bidang dua dimensi bergantung kepada objek yang diukur: tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitam.[10]
5.         Pencitraan lain[11]
a.    Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara alamiah dihasilkan oleh tubuh. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan abnormalitas pada bagian tertentu tubuh, termasuk tumor.
b.   Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Pada pemeriksaan PET SCAN menggunakan glukosa yang telah diberi radioaktif. Sel-sel kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal. Dengan demikian dapat diperkirakan letak suatu tumor dan metastasisnya.
c.    CT SCAN. CT SCAN merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam tubuh. CT SCAN merupakan perpaduan dari X-ray dan komputer  yang menghasilkan gambar potongan melintang (cross sectional) dari bagian yang sedang diperiksa. CT SCAN bekerja dengan prinsip yang hampir sama dengan X-ray, yaitu dengan cara memberikan gelombang, di mana sebagian gelombang tersebut akan diserap oleh bagian tubuh dengan porsi yang berbeda-beda dan diukur oleh komputer. Selanjutnya program komputer akan merekam hasil pemeriksaan dan menuangkannya ke bidang dua dimensi.[12]
6.         Scanning radioaktif[13]
a.    Scintigrafi. Scintigrafi merupakan tes diagnostik menggunakan radioisotop. Radioisotop akan dimasukkan ke dalam tubuh secara intravena dan kamera peka radioaktif digunakan untuk memetakan penampakan dua dimensi sesuai dengan pancaran radioisotop yang diberikan.[14]
a.    Scanning Gallium, yaitu metode dengan mengukur radioisotop Gallium 67 yang terkonsentrasi pada bagian tertentu di tubuh.
b.   Scanning Paratiroid/Saliva, yaitu metode untuk mendeteksi adanya sumbatan pada duktus kelenjar saliva dan keberadaan tumor pada kelenjar saliva.
c.    Scanning Tiroid. Scanning Tiroid merupakan scanning kelenjar tiroid menggunakan substansi radioaktif yang dimasukkan secara oral atau intravena kemudian direkam oleh kamera peka radioaktif.[15]
7.         Ultrasound
Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang ditembakkan gelombang suara. Jenis-jenis ultrasound antara lain abdominal-ultrasound (untuk mendiagnosis abnormalitas di bagian abdominal), pelvis-ultrasound (untuk mendiagnosis abnormalitas di bagian pelvis), prostat-ultrasound (untuk mendiagnosis adenocarcinoma di dalam prostat dan memastikan keutuhan kapsul prostat), renal-ultrasound (untuk mendiagnosis abnormalitas di bagian ginjal dan pelvis renalis), tiroid-sonogram (untuk mendiagnosis abnormalitas di baigna tiroid), dan testis-ultrasound (untuk mendiagnosis kanker pada testis dan memastikan keutuhan kapsul testikular). [16]
8.         Endoskopi
Endoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain. Jenis-jenis endoskopi antara lain bronkoskopi (endoskopi trakea, batang dan lobus bronkus untuk melihat invasi pada esofagus atau paru menggunakan tabung yang dimasukkan dari mulut ke paru), kolonoskopi (endoskopi sistem pencernaan menggunakan instrumen fiberoptik), kolposkopi (endoskopi vagina dan serviks), sistoskopi (endoskopi kandung kencing), sistosuretroskopi (endoskopi kandung kencing dan uretra), duodenoskopi (endoskopi usus dua belas jari), ERCP/Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (endoskopi kantung empedu dan pankreas), esofagus-gastro-duodenoskopi (endoskopi esofagus, lambung dan usus dua belas jari), esofaguskopi (endoskopi esofagus), gastroskopi (endoskopi lambung), histeroskopi (endoskopi uterus), laparoskopi (endoskopi abdomen), laringoskopi (endoskopi laring), mediastinoskopi (endoskopi mediastinum), nasofaringoskopi (endoskopi faring dan nasofaring), peritoneoskopi (endoskopi peritoneum), proctosigmoidoskopi (endoskopi sigmoid dan rektum), sigmoidoskopi (endoskopi sigmoid), torakoskopi (endoskopi toraks), triple endoskopi (endoskopi trakea, laring, faring, dan esofagus), dan ureteroskopi (endoskopi pelvis dan ureter).[17]
9.         Pemeriksaan patologi
Pemeriksaan patologi masih merupakan baku emas dalam pemeriksaan kanker, karena merupakan alat diagnostik terpenting yang harus dilakukan. Pemeriksaan patologi adalah pemeriksaan sampel kecil sel di bawah mikroskop untuk menentukan apakah terdapat kanker dengan melihat abnormalitasnya (membandingkan sel yang diamati dengan sel yang sehat). Beberapa sifat kanker adalah adanya neoplasma, pertumbuhan yang invasif/infiltratif, pleomorfik, hiperkromatik, dan nekrosis (pada kanker ganas). Seseorang yang terspesialisasi untuk melakukan pemeriksaan patologi disebut patologist. [18] Beberapa contoh pemeriksaan patologis antara lain:
  • Fractional curretage, yaitu pengikisan sedikit materi endoserviks dan dan dinding korpus uterine untuk menentukan sumber keganasan pada kanker endometrium
  • Pemeriksaan Pap Smear, yaitu pengikisan sedikit materi serviks untuk dilakukan pemeriksaan sitologik.
  • Toraksentesis, yaitu pengambilan sedikit cairan dari selapu pleura untuk dilakukan pemeriksaan sitologik.
  • CSF Studies, yaitu pemeriksaan cairan serebrospinal untuk memeriksa keberadaan bakteri, jamur, atau sel-sel ganas.
  • Parasentesis, yaitu pengambilan sedikit cairan dari rongga perut untuk dilakukan pemeriksaan sitologik.
  • dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar